Monday, April 9, 2012

Pelatihan membatik

Gambar 1
Peserta pelatihan membatik

Gambar 2
Pengantar Kriya Batik

Gambar 3
Menerakan Malam dengan Canting

Gambar 4
Pencelupan Warna

Batik


Batik adalah kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu1. Proses pengerjaan batik kemudian disebut dengan membatik, Batik pertama kali dipergunakan oleh bangsawan kraton di Jawa sebagai busana untuk segala keperluan baik untuk keperluan sehari-hari, busana keprabon atau untuk menghadiri upacara-upacara. Kain batik itu dahulu dibuat oleh para putri sultan sejak masih mori, diproses, hingga menjadi kain batik siap pakai. Semua dikerjakan oleh para putri dibantu kerabat dan abdi dalem keparak atau abdi dalem bedaya. Sebagai perempuan Jawa ada keharusan bisa membatik karena membatik sama dengan melatih kesabaran, ketekunan, olah rasa, dan karsa2.
Nilai luhur yang menjadi tujuan utama dalam proses pembuatan batik kemudian juga dituangkan kedalam pemaknaan ragam hias batik yang dibuat mengandung pemaknaan yang menggambarkan harapan maupun tujuan kepada yang menggunakan batik ini. Pemaknaan ini dapat dilihat dari motif Kawung yang secara formalistis dibentuk dari empat bulatan yang mengelilingi pusat, yang dalam budaya Jawa dikenal dengan istilah keblat papat lima pancer, yang dijabarkan menjadi empat sumber tenaga alam atau empat penjuru mata angin yaitu timur, merupakan arah matahari terbit, awal dimulainya kehidupan sebagai simbol sumber tenaga dan energi. Selatan, arah terik matahari yang dapat dihubungkan dengan zenit atau puncak segalanya. Arah barat, merupakan arah matahari terbenam dimana manusia telah menemukan ketenangan, kematangan, tetapi juga merupakan arah menurunnya keberuntungan. Utara, merupakan arah kematian, saatnya manusia kembali kepada Sang Pencipta. Konsep dengan kekuasaan yang dikelilingi oleh empat sumber itu disebut mancapat3.
1Pusat bahasa Departemen pendidikan nasional, Kamus besar Bahasa Indonesia( Jakarta: Penerbit Balai Pustaka, 2001) 112.
2Mari Condronegoro, Memahami Busana Adat Kraton Yogyakarta-Warisan Penuh Makna ( Yogyakarta: Penerbit Yayasan Pustaka Nusatama, 2010) 45.
3Mari Condronegoro, 50.